gravatar

Belenggu Aktivis dan Penguasa

Reformasi menjadi bukti betapa hebatnya kekuatan pemuda menjadi pegas penting dalam perubahan. Namun benarkah, kekuatan itu masih terasa sekarang?

Seorang bijak pernah berkata bahwa pemuda masa kini adalah pemimpin di masa depan. Ungkapan itu tidak masalah sama sekali. Betul memang, tugas kepemimpinan sebuah masyarakat berada pada pundak pemudanya. Mau tidak mau, generasi akan terus bergulir. Tentu saja, kepemimpinan pun tidak akan selalu bertumpu pada satu generasi saja.

Namun apa jadinya jika kepemimpinan dan kekuasaan sebuah negara menjadi alat untuk mereguk kenikmatan sesaat. Mereguk bagaimana lezatnya menikmati uang rakyat. Mereguk bagaimana rasanya menikmati sumber daya alam yang ada. Atau setidaknya merasa nyaman jika duduk di bangku-bangku pejabat.

Inilah yang mungkin kita alami. Tentu saja, ini menjadi bahan renungan bagi para pemuda yang dikenal memiliki semangat idealisme yang tinggi. Sepatutnya, kondisi yang harus diperbaiki atau direformasi ini, tidak boleh menjadi bumerang bagi mereka yang aktif dalam gelombang pergerakan.

Satu hal yang betul-betul kita sayangkan adalah tergelincirnya kaum muda kepada ‘nikmatnya kekuasaan’. Tidak sedikit di antara para aktivis muda yang kini malah terlena dengan arus politik yang ada. Mungkin tepatnya ‘termakan orasi sendiri’. Dulu selagi muda, orasi sana-sini menentang kebijakan pemerintah. Namun sekarang berbalik. Malah mereka yang kini ditentang kebijakannya.

Jika dulu mereka menggembar-gemborkan kepentingan rakyat dan membela mati-matian idealismenya semasa duduk di bangku kuliah, sekarang terlena di kursi-kursi pemerintahan. Bahkan tak sedikit di antara mereka yang berubah orientasi. Tidak lagi berjuang untuk kepentingan rakyat, tapi berjuang untuk kepentingan sesaat. Berubah haluan dari bergerak untuk idealisme menjadi otoritarianisme (gila kekuasaan).

Sebuah ironi memang. Kondisi ini patut disayangkan. Apakah semudah itu para aktivis ‘berkhianat’? Atau memang begitu hebatnya godaan menjadi pejabat-pejabat pemerintah?

Kita semua satu pendapat bahwa seorang aktivis adalah seorang intelektual. Namun, seorang intelektual tak selalu seorang aktivis. Padahal semestinya, seorang intelektual haruslah menjadi seorang aktivis. Karena ibarat pepatah, ilmu yang tidak diamalkan ibarat pohon yang buahnya matang namun tak ada yang memetik hingga buah itu busuk di pohonnya sendiri.

Aktivis berarti seseorang yang vokal menyuarakan aspirasi intelektualnya. Memang tidak ada batasan usia bagi seorang aktivis. Namun secara keumuman, para pemudalah yang ramai-ramai jadi aktivis. Menjadi aktivis adalah sebuah pilihan yang tepat, karena secara tidak langsung ia telah memposisikan dirinya sebagai bagian dari pusat masyarakat dan kemasyarakatan.

Pusat masyarakat berarti memposisikan diri sebagai tokoh, panutan, dan yang harus ditiru atau diikuti. Baik mudah maupun sulit, baik ringan maupun berat, karena menjadi pusat masyarakat tak semudah memimpin diri sendiri. Sedangkan pusat kemasyarakatan berarti memposisikan diri sebagai penyalur aspirasi dan pengubah sistem masyarakat yang ada ke arah yang lebih baik.

Waspadai Harta dan Kedudukan
Para aktivis muda biasanya tak terlalu risau dengan problematika harta. Pernyataan ini sama sekali bukan untuk menafikan keinginan seorang manusia, siapapun itu, terhadap harta. Harta tetaplah harta. Ia tentu saja diperlukan oleh siapapun untuk bertahan hidup. Namun masalahnya, pandangan seorang aktivis muda terhadap harta, tak selalu sama dengan pandangan seorang di luar aktivis, entah itu pejabat yang punya kedudukan atau masyarakat biasa.

Boleh jadi, kaum muda lebih mencintai hidup pas-pasan tapi kaya dengan ilmu dan kreatifitas. Atau menjadi seorang aktivis ‘proletar’ yang penuh dengan cita-cita mulia. Daripada hidup mewah borjuis dan memangku jabatan tinggi tapi miskin hati nurani dan jadi koruptor.

Namun pemuda tetaplah manusia. Namanya juga manusia, sedikit yang tahan dengan godaan harta dan kekuasaan. Hanya orang-orang yang teguh dan istiqamah-lah yang kokoh idealisme serta jalan hidupnya.

Lagi pula jika seorang aktivis adalah intelektual, toh intelektual pun tak selalu melek sosial. Kaum intelektual sejati adalah mereka yang mengusung nilai-nilai kebenaran mutlak. Tidak mengabdi pada kepentingan politik, apapun alasannya. Merekalah yang memiliki tanggung jawab sebagai pejuang kebenaran dan penjaga kebenaran itu.

Sedangkan para intelektual pengecut tak ubahnya seperti penjahat bersilat lidah. Merekalah yang telah mengkhianati keintelektualan mereka. Merekalah yang tenggelam pada politik praktis yang mengendalikan kebenaran dan keadilan atas kepentingan pribadi dan golongan. Padahal sejatinya, kebenaran dan keadilan tak bisa dikendalikan oleh politik karena dasar kepentingan sesaat.

Apalagi di zaman sekarang yang kian hari kian tak terkendali. Kondisi ekonomi semakin carut marut. Tapi situasi politik semakin menggila. Dana kampanye tersedia berjuta-juta padahal kondisi rakyat masih jauh dari yang diharapkan.

Wajar saja jika orang ramai-ramai jadi pejabat. Tak terkecuali dengan mereka yang dulu jadi aktivis. Mereka gencar mencari posisi kosong dan bangku empuk. Ada yang duduk di dewan pusat ada pula yang kebagian jatah di dewan daerah. Intinya kedudukan dan harta.

Padahal jika mengenang romantisme perjuangan mereka dulu, para aktivis muda ini rela berdesak-desakan untuk menyampaikan aspirasi di jalan-jalan kota. Bermandikan keringat sambil berteriak-teriak menyampaikan aspirasi.

Minum kopi satu gelas rame-rame sambil diskusi tentang kondisi politik saat itu, adalah bagian dari sekian romantisme para aktivis muda. Rela begadang tiap malam, lelah-lelahan selesaikan tugas kampus, terus rapat dengan kawan-kawan, menjadi satu bagian tersendiri dari pergerakan mereka.

Mungkin kita masih ingat dengan para aktivis ’98 yang berhasil menumbangkan rezim Orba. Merubah kepemimpinan otoriter menjadi pemerintahan reformasi. Patut kita banggakan ketika mereka bercita-cita menghapus budaya korupsi di kalangan elit politik di negeri ini.

Masa itu menjadi bukti betapa hebatnya kekuatan pemuda menjadi pegas penting dalam perubahan. Namun benarkah, kekuatan itu masih terasa sekarang? Sepertinya tidak, mungkin itu jawaban yang tepat untuk saat ini. Toh, di antara mereka yang dulu bergerak dalam peristiwa 98, tak seutuhnya murni dari semangat perjuangan.

Bahkan tak bisa dipungkiri, beberapa dari mereka ada juga yang hanya ikut-ikutan dan menyimpan maksud di balik keikutsertaannya. Inilah yang kita juluki sebagai pengkhianat aktivis muda yang sekarang mungkin duduk di bangku-bangku basah.

Jika orang-orang semacam ini tumbuh subur di Indonesia, tak bisa dibayangkan bagaimana hancurnya kondisi negeri ini. Kaum intelektual akan habis punah karena semuanya menjadi politisi-praktis yang punya target menduduki jabatan di birokrasi pemerintah. Kalau kaum intelektual dan aktivis muda, menggebu-gebu ingin menjadi kaum borjuis dan penguasa hedonis, daripada membangun peradaban dari dalam, maka kehancuran negeri ini sudah ada di depan pintu.

Saatnya para aktivis muda bangkit kembali. Bersatu dalam barisan mewujudkan nilai-nilai Islam untuk ummat dan masyarakat Indonesia. Jangan sampai uang dan kekuasaan meruntuhkan barisan itu. Karena sesungguhnya, musuh yang paling berat dihadapi adalah musuh dari dalam barisan sendiri.

Tetaplah berada pada barisan aktivis. Jangan terlena dengan fenomena kekuasaan yang terlihat menyenangkan. Satu hal lagi, jangan pernah terpedaya bahwa untuk merubah pemerintahan yang buruk, maka harus memperbaikinya dari dalam.

Sejarah banyak membuktikan bahwa perbaikan dari dalam itu biasa berakhir pada kesia-siaan. Jadi sebenarnya, jika ada orang yang masuk ke dalam sistem pemerintahan untuk merubah pemerintahan itu, maka sebenarnya ia adalah orang yang tidak percaya diri alias tidak punya nyali untuk berada di luar sistem.

Bagaimana mungkin ia akan mampu berjuang sedang ia sendiri terbelenggu dalam sistem yang menjadi musuhnya. Padahal untuk mengatakan kebenaran kepada penguasa zalim misalnya, dibutuhkan kesabaran, kebersihan hati, dan tentunya jarak antara dirinya dengan penguasa itu. Jadi, jangan mundur jadi aktivis!!!