Kami dengar dan kami taat
Refreshed by this dialog:
Jhoni : “Gw benci banget ama laki-laki yang biarin jenggotnya tumbuh, atau cewek yang pake jilbab lebar and cadar. Sok suci gitu keliatannya. Lagian, kan nggak sesuai dengan budaya masyarakat kita. Lebay tau nggak”
Mike : “Jangan gitu! Jangan menghakimi sebelum kita dah tahu kebenaran yang sesungguhnya. Toh, kita juga bukan orang suci. Tau nggak kamu, melihara jenggot itu sunnah Nabi. Pake jilbab, apalagi pake cadar bagi cewek, juga merupakan ajaran Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam.”
Jhoni : “Ah, tapi kan itu sudah kuno. Lagian, jenggotan itu nggak modis. Apalagi soal cadar, di masyarakat kita, cadar itu keliatannya aneh and asing.”
Mike : “Astaghfirullah. Eh, Jhon, yuk kita benahin diri agar nggak gampang merendahkan orang!
Jhoni : “Iya sih, tapi kan kesannya kaya teroris.”
Mike : “Masya Allah, teroris yah teroris, apa hubungannya? Eh Jhon, sebelum ada teroris pun, sunnah melihara jenggot dan wajibnya berjilbab itu sudah ada dari dulu. Gini lho Jhon, sebagai muslim kita harus menyandarkan semua pendapat kita pada al-Qur’an dan Hadits. Jangan turuti hawa nafsu! Kita nggak berhak melangkahi ucapan Allah dan Rasul-Nya. Jika Allah dan Rasul berkata begini dan begitu, maka terima saja! Soal mengamalkan atau tidak, ya harus berusaha dong. Terus, kalau nggak cocok sama adat masyarakat, bearti kita kudu memberi tahu masyarakat kita.
Jhoni : “Iya-ya.. Bener juga lho.. Astaghfirullah!“
Mike : “Nah begitu Jhon. Yang benar pantas ditiru dan yang salah pantas diluruskan. Tak usah kotori hati dengan membenci. Cukup perbaiki diri dan ajak orang lain untuk melangkah bersama. Surga itu bukan milik pribadi. Paham? Hehe...
“Sesungguhnya, jawaban orang-orang mukmin bila mereka diseru kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul mengadili di antara mereka ialah ucapan, ‘Kami mendengar dan kami patuh’. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (An-Nuur: 51)